Berjuta-juta jarak kutempuh; hidup takkan menyeluruh—metafor bagi seorang pendaki adalah perjalanan; jurangpun terjang; badaipun tak menjadi alasan—hanya ada perjalanan dan perjalanan—nyawa dan kematian. Lagi pula senja siap menjadi sandaran—aroma kopi dipersimpangan malam. Senja, kopi dan alam adalah kenikmatan; bukan?— lantas kenpa tak di cumbu; barangkali lupa atau hanya sekedar malu! Hidup? Barangsiapa hanya tahu masa depan; ia terbebankan pada masa lampau—Barangsiapa hanya tahu masa lampau; ia terbebankan pada masa depan. Ah—hidup? ada-ada saja.
Oleh: Alfin Hasanul Kamil KH Noer Ali adalah sosok pahlawan nasional asal Bekasi yang sekaligus juga seorang ulama karismatik. Ketokohannya sudah tidak diragukan lagi. Baik para ulama maupun umara mengakuinya. Kedudukannya di masyarakat dipandang mulia. Ia menjadikan kampungnya menjadi kampung santri. Ia mendirikan lembaga pendidikan yang dikenal luas di Bekasi dan sekitarnya. Sebelumnya ia juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan dan politisi Muslim yang karismatis. Tak sekadar itu, dalam kehidupan sehari-hari beliau orang yang memiliki sifat Tawadhu. Pengertian Tawadu’ (at-tawadhu’) berarti rendah hati, antonimnya adalah “takabur” (at-takabbur) . Dalam sebuah kitab Ihya Ulummuddin karya Imam al-Ghazali, suatu keadaan Tawadhu digambarkan pada sebuah kisah tentang seorang Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang sedang menjabat sebagai gubernur Madinah Munawarah pernah terlihat sedang memikul seikat kayu bakar seraya berkata, “Berilah jalan untuk gubernur!”. Selain itu, Umar ...
Komentar
Posting Komentar