"Surat Untuk Februari Dan Harapan-harapannya".
.
Sebelumnya aku ucapkan selamat datang kepada Februari yang barangkali masih menyimpan genang air.
Seperti januari hujan yang pada kenangan tentang kita, Dan saat ini aku ucapkan selamat tinggal pada januari yang kian hari memiliki makna yang sama pada desember lalu.
.
Februari datang membawa sepi pada pagi hari, kala rindu masih bernyanyi tentang tunggu-tunggu melulu.
Sunyi, barangkali diciptakan untuk menguji kalimat setia, entah pada siapa yang dibilang cinta.
.
Layla, februari telah tiba, januari telah usai dan desember telah lalu. Tapi tidak dengan isi hatiku yang masih setia menunggu jawabanmu pada pertanyaan aku dibulan desember.
Layla, ketika desember berakhir dan engkau masih tetap tak menjawab apapun, tentang pertanyaanku. Diriku berubah menjadi seorang yang pemalas dan lebih menyukai diam sebagai tanda menikmati hidup. Hari-hariku, penuh cerita tentang duka merindu pada aksara kala kita berjumpa di dekat stasiun kereta. Wajahmu menjadi aksara yang tak pernahku duga tergambar diwajah-wajah orang asing, namamu kutemukan diberbagai macam perihal-perihal, dinding, handpone, buku dan kendaraan misalnya. Bagaimana aku melupakanmu layla, sedangkan namamu kujumpai dibenda-benda yang aku suka. Dan januaripun begitu sama.
.
Layla, jika februari mendatangkan permintaan. Aku ingin februari menjadi bulan patah hati, dan melihat engkau berbahagia nuansa langit jingga yang disukai para sastrawan.
Layla, sesungguhnya patah hati itu lebih mengasyikan bagiku, ketimbang tak terjawab dari yang tercatat kala aku mengungkap waktu itu.
Aku ingin menikmati patah hati dengan duka yang menjadi puisi, ketimbang menunggu yang mendatangkan cemburu melulu, aku curiga, dan aku tak terbiasa.
.
Layla, jika engkau tak ingin aku melupakanmu maka biarkan kamu yang melupakanku, aku tak rela dan mesti rela.
Layla, jika engkau memiliki harapan bertemu, seperti harap-harapan hariku. Aku ingin kita bertemu diwaktu yang sederhana, penuh cinta dan tak berjumpa.
.
Semoga hari-harimu kemarau selalu, dan tak pernah ada hujan.
.
.
.
. (Bekasi, 01 Februari 2017).
.
.
Sebelumnya aku ucapkan selamat datang kepada Februari yang barangkali masih menyimpan genang air.
Seperti januari hujan yang pada kenangan tentang kita, Dan saat ini aku ucapkan selamat tinggal pada januari yang kian hari memiliki makna yang sama pada desember lalu.
.
Februari datang membawa sepi pada pagi hari, kala rindu masih bernyanyi tentang tunggu-tunggu melulu.
Sunyi, barangkali diciptakan untuk menguji kalimat setia, entah pada siapa yang dibilang cinta.
.
Layla, februari telah tiba, januari telah usai dan desember telah lalu. Tapi tidak dengan isi hatiku yang masih setia menunggu jawabanmu pada pertanyaan aku dibulan desember.
Layla, ketika desember berakhir dan engkau masih tetap tak menjawab apapun, tentang pertanyaanku. Diriku berubah menjadi seorang yang pemalas dan lebih menyukai diam sebagai tanda menikmati hidup. Hari-hariku, penuh cerita tentang duka merindu pada aksara kala kita berjumpa di dekat stasiun kereta. Wajahmu menjadi aksara yang tak pernahku duga tergambar diwajah-wajah orang asing, namamu kutemukan diberbagai macam perihal-perihal, dinding, handpone, buku dan kendaraan misalnya. Bagaimana aku melupakanmu layla, sedangkan namamu kujumpai dibenda-benda yang aku suka. Dan januaripun begitu sama.
.
Layla, jika februari mendatangkan permintaan. Aku ingin februari menjadi bulan patah hati, dan melihat engkau berbahagia nuansa langit jingga yang disukai para sastrawan.
Layla, sesungguhnya patah hati itu lebih mengasyikan bagiku, ketimbang tak terjawab dari yang tercatat kala aku mengungkap waktu itu.
Aku ingin menikmati patah hati dengan duka yang menjadi puisi, ketimbang menunggu yang mendatangkan cemburu melulu, aku curiga, dan aku tak terbiasa.
.
Layla, jika engkau tak ingin aku melupakanmu maka biarkan kamu yang melupakanku, aku tak rela dan mesti rela.
Layla, jika engkau memiliki harapan bertemu, seperti harap-harapan hariku. Aku ingin kita bertemu diwaktu yang sederhana, penuh cinta dan tak berjumpa.
.
Semoga hari-harimu kemarau selalu, dan tak pernah ada hujan.
.
.
.
. (Bekasi, 01 Februari 2017).
.
Komentar
Posting Komentar