Langsung ke konten utama

Cahaya Itu Pernah Menyinari


Sekitar pada tahun 1986 dalam rangka acara ratib atau walimatussafar doa sebelum keberangkatan ibadah haji. Tiga orang itu duduk dihadapan para jama’ah yang berkenan hadir untuk mendoakan calon jama’ah haji. Ketiga orang itu adalah Almaghfurllah KH. Noer Alie (posisi tengah), Ustdz H. Marzuki (Lurah Bahagia posisi kanan) dan ustdz H Mahbub (Sekertaris Almaghfurllah KH Noer Alie, posisi kiri). Hal ini mencerminkan pada nilai dakwah kultural. 

Menurut Sulthon (hal 26:2003) dalam bukunya Dakwah kultural adalah aktivitas dakwah yang menekankan pendekatan Islam kultural. Bentuk strategi penanaman nilai-nilai Agama terhadap kebudayaan, bukan mencampurkan adukan Agama dan Kebudayaan. Almaghfurllah KH Noer Alie salah satu ulama karismatik yang melakukan jalan dakwah kultural. Dalam hal ini penulis teringat pada pendapat Dr. Choliq Aly Ma'mur, MA yang mengatakan bahwa dakwah itu menjadi contoh bukan sekedar memberikan contoh. Maksud dari perkataan tersebut adalah kata dakwah tidak hanya sampai pada penyampaian meski dalam masyarakat awam hal-hal dakwah dimakanai ketika berada diatas mimbar atau para dai, penceramah dll. Namun secara hakikatnya dakwah dimaknai pada kata ajakan dan tugas dakwah tidaklah ditugaskan secara khusus hanya pada da'i melainkan pada setiap umat islam dan hukumnya adalah wajib sebagaimana dalam Al-Qur'an:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ …..

Artinya: “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah….” (QS Ali Imran [3]: 110).

Adapun metode dakwah sunnah nabi Muhammad SAW menurut Abdul Rahman (hal 77:2010) dalam bukunya terbagi pada 6 Metode, sebagaimana berikut:

1. Metode bil hikmah, metode ini lebih mengedapankan contoh atau keteladanan, figure, kesabaran, istiqomah, dari juru dakwah. 

2. Metode bil lisan, metode ini lebih mengedepankan kemampuan ceramah lisan atau retorika. 

3. Metode bil kitabah, metode ini lebih mengutamakan catatan-catatan tertulis. Metode ini bagus digunakan bagi jamaah yang sulit untuk berkumpul karena jarak atau pekerjaan yang banyak. 

4. Metode bil hal, metode ini lebih mengedepankan perbuatan atau bantuan nyata, bisa berupa material, tenaga, ilmu dan sebagainya. 

5. Metode bil mujadalah, metode ini sering disebut dengan diskusi, dialog, talkshow, metode ini bagus digunakan untuk sharing pendapat tentang satu masalah dan mencari solusi. 


Wallahualam
Bishob.


Refrensi:
Dok: Koleksi keluarga
Sulthon, Menjawab Tantangan Zaman Desain Ilmu Dakwah Kajian Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis, Cet. I: Yogyakarta: Pustaka Peiajar, 2003, h. 26.
Rahman, Abdul. 2010. Metode Dakwah. Curup: LP2 STAIN Curup. Hal: 77

Komentar