Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Perihal Wajah Ibu Pada Aksara, Disewaktu Matahari Mulai Pamit~

Ibu, sewaktu-waktu ibu pernah bertanya pada saya. Tapi takdir menginginkan saya tidak mendengarnya, malah-malah telinga temen saya yang mampu mencuri suara ibu. Tahu tidak ibu, jika waktu itu saja saya mampu mendengar suara ibu terlebih dahulu, saya akan memperkenalkan diri dengan menjawab perihal seperti ini: saya adalah orang yang telah jatuh cinta pada anak ibu, tapi saya menginginkan hal sederhana dalam mencintai anak ibu. Misalnya: saya giat dalam subuh membahagiakan anak ibu melalui sisa-sisa tangis saya semalam. Merapalkan bait-bait kata yang menjadi harapan dalam disetiap keistiqomahan. . Ibu, sewaktu-waktu ibu juga pernah berkata pada saya, kata-kata itu kurang lebih seperti ini: "Oouh, kali ini anak ibu". Saya masih ingat dengat kata ibu demikian itu, bahkan ia menjadi kalimat hidup, layaknya nama ibu dan anak ibu dalam logika saya, tak pernah hilang selalu terkenang dalam keabadian. Tahu tidak ibu, pada saat ibu mengatakan hal itu, saya seperti kesenangan dalam...

"Surat Untuk Februari Dan Harapan-harapannya".

"Surat Untuk Februari Dan Harapan-harapannya". . Sebelumnya aku ucapkan selamat datang kepada Februari yang barangkali masih menyimpan genang air.  Seperti januari hujan yang pada kenangan tentang kita, Dan saat ini aku ucapkan selamat tinggal pada januari yang kian hari memiliki makna yang sama pada desember lalu. . Februari datang membawa sepi pada pagi hari, kala rindu masih bernyanyi tentang tunggu-tunggu melulu. Sunyi, barangkali diciptakan untuk menguji kalimat setia, entah pada siapa yang dibilang cinta. . Layla, februari telah tiba, januari telah usai dan desember telah lalu. Tapi tidak dengan isi hatiku yang masih setia menunggu jawabanmu pada pertanyaan aku dibulan desember. Layla, ketika desember berakhir dan engkau masih tetap tak menjawab apapun, tentang pertanyaanku. Diriku berubah menjadi seorang yang pemalas dan lebih menyukai diam sebagai tanda menikmati hidup. Hari-hariku, penuh cerita tentang duka merindu pada aksara kala kita berjumpa di dekat stasiun kere...

“Di Hadapan Malam”

Aku adalah sebuah kehinaan yang mesti direnungkan Gelap pekatmu menyimpan cahaya yang tak bisa di tatap oleh mata-mata jahat Sunyi dan sepimu mencerminkan bahwa aku harus menangis tanpa air mata Anginmu sepoi, sesepoi usapan ibuku Namun tak kuasa meredahkan tangisku tanpa air mata Kejahatan-kejahatan yang kau punya hanya untuk menghukum diriku Kesucian-kesucian yang kau miliki hanya menjadikanku kehinaan yang tak pernah menyerah Di hadapan malam Aku adalah kebisuan tak bersuara Diamku tak punya air mata Tangisku sesak dalam dada

"Setetes Air Hujan"

Dari banyaknya tetesan hujan yang berjatuhan Aku memilih setetes hujan yang jatuh di kepalaku . Aku ingin jatuh cinta padamu Seperti setetes hujan yang jatuh kebumi Berkali-kali, berkali-berkali Dan Tak pernah bosan . Setetes hujan yang jatuh kebumi hanya menceritakan Bumi harus di suburkan dan di makmurkan.

KEPADA KAWANKU PUNYA KAWAN

Kadang hidup berisi dengan apa-apa yang tidak kita inginkan Sewaktu pukul 19:20 WIB, hujan pun turun Aku coba menghitungnya, tapi kenangan yang kujumlah Tidak sebanyak hujan memang Tapi sesak Terdekap kenangan, mendekap kerinduan Pada kopi segelas embun aku bertanya; Bertanya tentang seberapa banyak kepahitan hidup mereka, Seberapa gula yang mereka takarkan Sehingga regukkannya pun menjadi nikmat Apakah senikmat, kopi kita waktu itu? Hidup tanpa kenangan adalah hidup serba kekurangan. Perihal-perihal rasa kadang manusia ingin selalu dimengerti, Tapi tidak semua manusia mengerti perihal-perihal rasa manusia lainnya Ah, mungkin memang setiap manusia ingin dimengerti perasaannya

Melupakan adalah cara terbaik, untuk membunuh diri.

Sore itu langit tak lagi jingga, tak ada senja, seakan-akan ia membanggakan dirinya, bahwa dia memiliki beraneka ragam warna, seperti suasana hari ini misalnya, ia berwarna abu-abu. Seperti pikiranku yang entah apa dan kenapa. Aku duduk disebuah teras berhadapan dengan danau, banyak orang disekitarku sedang menikmati akhir pekan, dengan bergandeng tangan, berkumpul tenang sambil berbicara tentang banyak hal, yang entah apa maksudnya, aku tidak mengetahuinya. Sore ini adalah sore dimana kehilangan sudah berjarak 1 bulan lamanya, tentang seorang wanita yang mencintai pria, dan tentang seorang pria yang mencintai wanitanya. Aku adalah seorang pria yang mencintai wanitanya. Tuhan seperti memiliki selara humor yang aneh, kita dibuat bagaikan sebuah permainan ular tangga, yang saling kejar mengejar kesebuah garis, yang dikenal sebagai garis finish.  Awalnya niatku pergi dalam kehidupannya, hanya karena sudah tak mau lagi mengganggu kehidupan dia bersama orang yang ia cintai. Akhirny...

"Di Suatu Minggu Nanti"

02:00 WIB aku aku akan menjadi speker rusak yang mengganggu telinga dan tidurmu, kala langit masih begitu kelam, sepi, sunyi, dan dingin. ketika engkau bangun dengan sisa-sisa ilermu dan mimpi-mimpi indahmu, lalu engkau tersenyum sambil berceriwis "Aku masih ngantuk sayang".  Dengan keindahan senyum yang kau punya, aku sedikit bisu dan tuli, lalu aku terkagum-kagum melihat hal yang kau punya itu, sambil berkata: "Tuhan sedang mengajak kita bercumbu sayang, aku takut engkau cemburu jika aku saja yang bercumbu". sedikit senyum kau tampakan, sedikit khawatir engkau berjalan menuju kamar mandi. saat-saat tiba dikamar mandi engkau berteriak dengan nada manja "sayng dingin". Lalu aku menghampirimu dengan sisa-sisa senyum yang aku punya, dengan kata yang menjadi suara kulontarkan dengan nada manja ketelinga cantikmu "tenang sayang, Tuhan sudah menyiapkan selimut terhangat untuk kita berdua", lantas engkau pun terburu-buru mengaliri air dari mulai waj...