Langsung ke konten utama

Filosofi Nama Pondok Pesantren

Oleh: Alfin Hasanul Kamil
 

Berawal dari sebuah moto atau cita-cita membangun kampung surga, nama pondok pesantren menjadi titik sentral yang harus diutamakan. Nama At-Taqwa yang menjadi pilihan sebagai nama pondok pesantren, guna memelihara taqwa, KH. Noer Alie meletakan motonya yang mengintegritaskan prinsip-prinsip Agama dengan sosial melalui madrasah ke masjid. Al Fathan (2019: Hal 26). Secara umum hal ini menjadi daya tarik penulis untuk menelaah makna kata At-Taqwa yang menjadi pilihan sebagai nama pondok pesantren yang KH. Noer Alie dirikan di kampung Ujungharapan, Desa Bahagia tempat kelahirsnnya. Jika kita berkaca pada nama pondok pesantren di Indonesia secara umum dalam pemberian namanya lebih banyak menggunakan nama tokoh pendiri, sahabat nabi, ataupun nama lingkungan seperti halnya nama pondok pesantren Gontor, lirboyo, kempek, dll.
Latar Belakang Pendirian Ponpes At-Taqwa
Ponpes At-Taqwa didirikan oleh K.H Noer Ali yang awalnya dengan nama YP3I (Yayasan Pembangunan,Pemeliharaan, dan Pertolongan Islam) pada tahun 1950 di Kampung Ujung Malang. Kampung Ujung Malang merupakan sebuah desa yang terletak di Utara Bekasi yang waktu itu dngan kondisi akses yang sulit ditambah listrik yang belum memadai. Kemundian, Kampung Ujung Malang berubah nama menjadi Ujung Harapan. Penamaan dari Ujung Malang menjadi Ujung Harapan merupakan usaha K.H. Noer Ali agar masyarakat selalu nemiliki harapan. Pendirian YP31 didasarkan atas bentnuk keprihatinan K.H. Noer Ali pasca pertempuran Masa Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dengan banyaknya sekolah-sekolah dan pesantren tutup diakibatkan banyak para pelajar yang terlibat dalam melawan Sekutu. Hal tersebut didukung dengan pendirian Laskar Hisbullah oleh para ulama dan santri dalam menghadapi Tentara Sekutu. Disaat yang bersamaan terbentuknya Tentara Pelajar yang berangotakan para pelajar dan sedikit dari kalangan santri (Jahroni, 2016. hlm. 381). Pada awal pendirian YP3I dibantu oleh 13 orang guru sekaligs rekan dari K.H.Noer Ali. Ketiga belas guru tersebut juga merupakan rekan selama masa mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dan aktif pada pembentukan Laskar Hisbullah. Pada tahun 1956 YP31 secara resmi terdaftar secara hokum. Mengingat karir politik K.H. Noer Ali yang saat itu menjabat sebagai ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) juga menjadi anggota Konsistuen Republik Indonesia. YP31 pada masa awal sudah mendirikan tujuh cabang di desa sekitar Ujung Malang diantaranya, Pulo Asem, Wates, Buni Bhakti, Pondok Soga, Penggarutan, Gabus dan Kaliabang Bungur. 
YP3I juga memiliki Sekolah Rakjat Islam (SRI) dengan kepala sekolah saat itu Abdurahman Sadri sebagai kerabat dekat K.H. Noer Ali. Kedudukan SRI (Sekolah Rakjat Islam) sebagai lembaga sekolah formal sekaligus untuk memisahkan antara lembaga sekolah dengan pesantren. Meskipun masih berada dalam satu yayasan akan tetapi pengelolaan manajemen yang berbeda. Kurikulum yang dianut sepenuhnya dari pemerintah dan mata pelajarannya umum yang diterapkan pada sekolah formal lainnya. Pada tahun 1954 SRI (Sekolah Rakjat Islam) mengalami perkembangan yang pesat (Derani, 2018. hlm. 236). Untuk mempertnahankan serta mendukung program-program yang dijalankan oleh YP3I pada mulanya hanya bergantung pada iuran baik zakat, sodaqah, dan hibah dari pemerintah. Sumbangan dana tersebut kemudian dipergunakan sebagai dana operasional dan sissa dari dana tersebut digunakan untuk mendirikan Masjid Besar At-Taqwa sebagai bentuk penghargaan kepada para donator dan santri yang belajar di At-Taqwa. YP31 kemudian mengalami stagnansi dikarenakan banyaknya para pengurus yayasan yang aktif di Masyumi begitupun dengan K.H. Noer Ali. Disisi lain juga kondisi perpolitikan saat itu semakin memanas dengan dibubarkannya Masyumi pada Demokrasi Terpimpin sebagai partai yang beraliran Radikal Kanan sehingga berdampak pada jumlah santri saat itu.
Pada tahun 1962 YP3I mendirikan Sekolah Menengah dan juga mendirikan pesantren khusus perempuan yang dikenal dengan al-Baqiyatul al-Salihat yang kemudian berubah menjadi Pesantren At-Taqwa Putri. Kepala pondok pertama saat itu masih dipimpin oleh laki-laki dengan dipimpin oleh H. Tajuddin Mazuki. Perkembangan selanjutnya pesantren khusus perempuan pengelolaan manajemen diatur oleh sepenuhnya dari kalangan perempuan. Tujuan didirikan pesantren khusus perempuan yakni agar memisahkan santri laki-laki dan perempuan pada suatu tempat tertentu. Peran lain dari YP3I yakni pada tahun 1972 menjadi salah satu contoh pesntren yang melopori pembentukan Badan Kerjasama Pondok Pesantren (BKSPP) se-Jawa Barat. Hal tersebut didukung dari adanya kontribusi dalam pendidikan Islam di Indonesia. BKSPP kemudian di masa B.J. Habibi statusnya menjadi nasional. Pada tahun 1980 YP3I kemudian berubah nama menjadi Yayasan Pondok Pesantren At-Taqwa. Perubahan nama yayasan dari YP31 menjadi At-Taqwa dikarenakan adanya upaya peleburan antara lembaga pendidikan informal dengan lembaga pendidikan formal seiring dengan meningkatnya jumlah guru dan para santri yang belajar di Pondok Pesantren At-Taqwa juga ada pembaharuan pada aspek kurikulum yang ditransformasikan sesuai dengan kondisi masyarakat di Ujung Harapan. Selain itu, adanya regerenasi kepengurusan YP31 yang dilanjutkan oleh anak dari K.H. Noer Ali sehingga dilakukannya perubahan nama serta perbaikan anggaran dasar untuk menyesuaikannya dengan undang-undang No 8 tahun 1982, dengan demikian maka Yayasan P3 Islam (YP3I) berubah menjadi yayasan AT-TAQWA, “perubahan tersebut disyahkan notaries Soedirja, SH pada tanggal 17 Desember 1986 dengan nomor register 16.
Pengertian 
Taqwa datang dari akar yang bernama al-wiqayah. Adapun al-waqayah berarti menjaga secara maksimal. Dalam ranah syariat, definisi taqwa adalah upaya untuk memenuhi perintah-perintah Allah dan meningg larangan-larangan-Nya demi menghindari datangnya azab-Nya.
Selain itu, taqwa juga memiliki makna universal yang mencapai batas maksimal karna ia mencakup wawasan pengertian yang sangat luas. Dari penjagaan terhadap adab-adab syariat dengan penuh ketelitian dan kejujuran, sampai menjaga hukum-hukum syariat yang sesuai fitrah, sampai tindakan manusia yang melindungi hatinya dari kemusyrikan dan berbagai hal yang dapat membawa ke arah syirik.
Dengan penelitian yang sangat luas ini, taqwa menjadi satu-satunya sumber yang menentukan nilai dan kemulian seorang manusia. Taqwa merupakan tingkatan seseorang dalam beragama yang paling tinggi. Inilah yang dinyatakan dalam ayat yang berbunyi:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَا رَفُوْا ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13)
Sebagaimana ayat di atas taqwa adalah amal paling afdhal (utama) bagi Allah Swt. Orang-orang bertaqwa adalah hamba-hamba Allah yang paling mulia dan bersih jiwanya. Sedangkan Al-Qur’an adalah penjelasan paling jernih bagi orang-orang yang bertaqwa dan seruan paling bersih kepada manusia agar mereka bertaqwa. Ketaqwaan juga adalah barang berharga yang tidak ternilai harganya, kunci rahasia yang mampu membuka semua gerbang kebaikan, dan sekaligus kecepatan yang mengantar ke jalan menuju surga.
Karakteristik Orang-orang Yang Bertaqwa
Menjahui semua yang bertentangan dengan hukum Allah Swt dan bersandar hanya kepada Allah Swt
Menunaikan hukum-hukum Agama
Melindungi diri dari segala bentuk kawasan yang menyebabkan dirinya seperti golongan jabariyah, dan sekaligus menghindari dari penyimpangan dalam takdirNya yang dapat menghantarkan diri seorang hamba bersikap seperti golongan Mu’tazilah
Berhati-hati terhadap sesuatu yang membuat jauh dari Allah Swt
Selalu awas dalam menghadapi dorongan nafsu yang dapat menyeret dirinya kepada hal-hal terlarang
Mengetahui bahwa segala sesuatu baik materi maupun nonmateri berasal dari Allah semata, tanpa pernah menganggap dirinya memiliki apapun
Berusaha untuk tidak membuat dirinya lebih baik dari siapapun
Menjadikan ridho Allah sebagai pencariannya
Mengikuti sepenuhnya teladaan Rasulullah Saw
Senantiasa memperbarui kehidupan spritual-batiniah-nya dengan memikirkan dan merenungi ayat-ayat kauniyah
Menjadikan kematian dengan berbagai dimensinya, sebagai pedoman dalam kehidupan
Kesimpulan 
Berdasarkan paparan di atas, penulis berkesimpulan bahwa alesan KH. Noer Ali mendirikan pondok pesantren At-taqwa tidak semata-mata tanpa sebuah filosofi, di balik nama tersebut terdapat harapan, cita-cita, bahkan sebuah doa yang selalu dilangitkan pada malam hari. Taqwa adalah sebuah kekayaan yang sangat berharga. Seorang muttaqi adalah sosok bahagia yang berhasil mereguk mata air keagungan ini (Taqwa), meski hatinya selalu perih karna sedemikian sedikitnya orang yang mampu meraih derajat ini, dan KH. Noer Ali telah meraih jalan ini.

Refrensi
http://journal.unublitar.ac.id/pendidikan/index.php/Riset_Konseptual
Al Fathan, Pemikiran Pendidikan KH Noer Ali. Bekasi: Yayasan Mitra Insani

Komentar

  1. Udah bagus bang, biar rapi dikit gede kecil huruf awalanya diperhatiin biar rada enakan pas baca

    BalasHapus

Posting Komentar