Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

1442 H

 Debu menjelma diriku hingga cermin tak ingin di tatap sebab tak sudi di tetap Tahun menjelma waktu; segala hal apa yang dulu begitu teramat kelabu Perjalanan, begitu terurai oleh keras tenaga dalam tabiat dosa Antar kepala dan dada bertengkar hebat hingga meniadakan keyakinan . Hingga tahun dan akhir mengukir indah segala kegagalan dalam keresahan Tak ada waktu yang berlalu dalam kurung tanya masa lalu; mengias mengais cepat berlalu Setiap manusia adalah musafir; sebab hidup adalah perjalanan, sebuah nasihat dari penyair Musafir ini, Rabb, telah mengukir lumpur sebuah umur yang selalu berpaling dari syukur . Rabb, andai Tahun baru adalah cari terbaik ayat tersirat-Mu mengubah segala  Baik kata kerja dan benda; diriku mentransformasi harapan kembali memperbaiki diri Dalam sabda; keikhlasan, kesabaran dan keridhoan tentang kemusafiran ini Pada pusaraku kelak, tertulis “Jiwaku adalah pejuang yang ingin tenang bersama Tuhan, tanpa perlu lagi risau dan khawatir. Meski aku mati kes...

Jakarta Hujan Lagi

Kemarin, katanya Siang hingga menjelang sore Jakarta di guyur hujan Sungai-sungai bersorak ria atas pesta Sudah bulan delapan, ternyata . “Jakarta hujan lagi”, Keluh berita dari balik gawai Seorang anggota pejabat Jakarta telah meninggal Sebab jantungnya tanggal Kerumunan warga bertanya-tanya; mendengar berita di telinga ketar ketir “Sebab jakarta hujan lagi; kami selaku warga siap menjamu banjir di tahun akhir” Dengan seribu janji dari Presiden RI hingga ke retorika manis, banjir siap diatasi Keesokan hari “Janji tinggal lah janji, manis di hati Jakarta” . Alangkah baiknya Ibu kota pindah saja ke sebrang sana, ahai solusi. Jakarta di tinggal pergi—Airnya surut kembali Wajahnya tak lagi di caci—Sejarah hidup kembali. Memuaskan hati kapitalisasi demi menghilangkan ibu pertiwi . Jakarta, Agustus 2020

Kumpulan Puisi Di Bulan Juli.

KUMPULAN PUISI ANGGOTA KELAS PUISI BEKASI (KPB) KELAS B BULAN JULI TEMA 1. MUSEUM 2. BEBAS   SYUKUR Bunga putih Bunga ungu Bulan bertanya pada dirimu Mengapa engkau tumbuh di sana? Di puncak-puncak gunung Hanya sedikit orang yang bisa menikmati keindahan engkau Hanya para pendaki gunung itu Bunga putih Bunga ungu Walaupun hanya sedikit orang yang menikmati keindahan mu Engkau malah bersyukur Telah diberi hidup oleh Yang Maha Hidup Yang tak pernah engkau pinta Bunga putih Bunga ungu Tak berapa lama kau hidup Menyemarakkan warna dan udara di puncak-puncak gunung Agar tak hanya coklat dan abu-abu di atas sana Lalu, mati Bunga putih Bunga ungu Kami belajar kepadamu Tentang cara dan bagaimana bersyukur Pada banyak hal dalam hidup ini Agar kami menghargai hal-hal yang telah ada Dan tidak sibuk terhadap hal-hal yang masih fatamorgana Karena hanya dengan bersyukur, hidup akan bertambah nikmat ------- Fajrin Agustian Hamba yang kurang bersyukur   Budhy Setyawan SAJAK SAJAK MASA DEPAN...