Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Peluk-Nya

(To: Abuya KH. Nurul Anwar & Ustadzh Hj Nurlailah Burhani) Tentang isyarat semalam Dunia gelap meratap kesedihan Dalam kegaiban yang belum juga padam Merintih, tertatih, suara seruling kesunyian Pagi sekawanan burung yang tidak lebih baik dari kata lalu Telphon genggam menyulam getar aliran darah di balik jari jemari Sebuah pesan singkat merubah ruang dan raung kesunyian yang semakin menderu Hening cipta antar doa dan setumpuk dosa merasuk telinga dan dada seperti tertipu waktu Kala itu, wajahmu masi terbayang-terkenang dalam peristiwa penyesalan  Saat ada seorang menampar pipi mereka yang pipimu Setiba senyummu mekar mengalihkan ketakutan menjadi kesejukan  Kau tidak lain, adalah mata air tempat kami berwudhu Semua mereka yang hadir bersedih, langit sejuk mewakili kalimat tasbih Al Wadud, yang mencitai melebihi makna cinta sendiri.  Pulang, rumah adalah hal yang tenang.  Tanpa mereka tahu, sepasang kekasih di peluk oleh kasih-Nya . Bekasi, Oktober 2020

Kenangan di cangkir kopi barista

Jiwa aras terkuras nyanyian asmara Mengembara lautan menyulut api dada Gema bahana dalam palung paling dalam Melodi sunyi tak meredam langit malam . Untaian indah tentang suatu makna Perempuan yang tak henti menjadi kata kerja Di ombang-ambing maut oleh berangta Membelai segala yang ada, mencumbu dirinya . Saat malam pamit, tubuhnya menjadi cerangka Jiwanya terkikis oleh duka baharata Memejamkan mata sambil menguatkan raga Dirinya maut yang tak berdaya di renggut oleh yang tiada . Kembali; mengecup bibirnya dari cangkir kopi barista Membelai kepahitan surga dan neraka Saat senja kembali terbenam  Kesedihan panjang menyulam malam Bekasi, 2020